Prof.Ir. Priyo Suprobo M.Sc PhD adalah salah satu dari 3 orang ahli Sipil yang dikirim ITS untuk menyelidiki penyebab runtuhnya jembatan Kukar. Mantan Rektor ITS, dan pemegang Hak paten atas Alat pengujian kombinasi untuk Test Pemercepat Pematangan Beton dan Test Rangkak tekan Beton (2001) menguraikan fakta mengejutkan terkait Ambruknya Jembatan Kutai kertanegara
Prof. Priyo Suprobo, anggota tim investigasi di lapangan menemukan fakta jika anchor block jembatan ini sebelumnya memang sudah bergeser sekitar 10 cm. Pergeseran ini bertambah parah saat akan dilakukan perawatan pada 2006.Bahkan saat 2006, diketahui jika anchor block sudah bergeser 20 cm.
Erection segments saat Pembangunan Jembatan Kutai.
Selain kelainan pada anchor block, pada 2011 juga diketahui jika ternyata pilar jembatan ini sudah melengkung sekitar 15 cm. Padahal pilar ini berfungsi sebagai penahan kabel yang membagi beban badan jembatan. Akibatnya pilar yang sudah melengkung ini, badan jembatan atau dek jembatan yang digunakan sebagai jalan raya ikut melendut atau melengkung sekitar 75cm.
Pada saat jembatan ambruk, diketahui saat itu sedang dilakukan perawatan jembatan. Aktivitas perawatan itu salah satunya adalah pendongkrakan jembatan agar pelendutan yang terjadi bisa diperbaiki. Namun sayangnya, pendongkrakan jembatan yang bertujuan untuk menaikkan kembali ini dinilai tidak berjalan secara halus. Pendongkrakan itu dilakukan dengan bertumpu di salah satu titik kabel.
Di sisi hilir jembatan sudah berhasil naik 15cm, sedangkan di sisi hulu baru naik 10cm. Nah kenaikan yang tidak rata di semua titik ini dan angka kenaikan yang tajam membuat pembagian beban tidak merata, itu yang menimbulkan ambruknya jembatan
Dalam proses pendongkrakan jembatan ini seharusnya juga dilakukan di semua titik, bukan hanya di dua titik saja. Kenaikan ketinggian pun harusnya dilakukan secara halus misalnya per satu 1cm, kemudian disamakan di semua titik. Akibat pendongkrakan yang terlalu tinggi dan dilakukan tidak di semua titik secara bersamaan mengakibatkan beban tidak terbagi secara merata kabel penahan beban pun ikut menegang hingga akhirnya tidak mampu menahan beban.
"Hipotesa saya pin pengunci klemnya patah. Patahnya klem ini menimbulkan daya kejut yang luar biasa sehingga klem-klem di titik-titik yang lain pun ikut patah,” ujar Probo.
Hipotesa pin yang patah ini didasarkan pada temuan di lapangan jika ditemukan klem yang terlempar hingga 50 meter. Ini membuktikan sempat terjadi daya kejut yang membuat klem terlempar. Selain itu, kabel-kabel juga ditemukan tidak putus. Beberapa saksi juga menyatakan sebelum ambruk sempat terdengar bunyi ledakan di atas jembatan.
"Namun saya belum bisa memastikan jika pin yang patah itu di titik yang mana. Mungkin antara titik 10-14,” ujar Probo.
Keterangan Gambar :
- Kabel Penggantung.
- Kabel Utama
- Pilon / Pilar
- Kepala Pondasi.
- Anchor Block
Erection segments saat Pembangunan Jembatan Kutai.
Selain kelainan pada anchor block, pada 2011 juga diketahui jika ternyata pilar jembatan ini sudah melengkung sekitar 15 cm. Padahal pilar ini berfungsi sebagai penahan kabel yang membagi beban badan jembatan. Akibatnya pilar yang sudah melengkung ini, badan jembatan atau dek jembatan yang digunakan sebagai jalan raya ikut melendut atau melengkung sekitar 75cm.
Pada saat jembatan ambruk, diketahui saat itu sedang dilakukan perawatan jembatan. Aktivitas perawatan itu salah satunya adalah pendongkrakan jembatan agar pelendutan yang terjadi bisa diperbaiki. Namun sayangnya, pendongkrakan jembatan yang bertujuan untuk menaikkan kembali ini dinilai tidak berjalan secara halus. Pendongkrakan itu dilakukan dengan bertumpu di salah satu titik kabel.
Di sisi hilir jembatan sudah berhasil naik 15cm, sedangkan di sisi hulu baru naik 10cm. Nah kenaikan yang tidak rata di semua titik ini dan angka kenaikan yang tajam membuat pembagian beban tidak merata, itu yang menimbulkan ambruknya jembatan
Dalam proses pendongkrakan jembatan ini seharusnya juga dilakukan di semua titik, bukan hanya di dua titik saja. Kenaikan ketinggian pun harusnya dilakukan secara halus misalnya per satu 1cm, kemudian disamakan di semua titik. Akibat pendongkrakan yang terlalu tinggi dan dilakukan tidak di semua titik secara bersamaan mengakibatkan beban tidak terbagi secara merata kabel penahan beban pun ikut menegang hingga akhirnya tidak mampu menahan beban.
"Hipotesa saya pin pengunci klemnya patah. Patahnya klem ini menimbulkan daya kejut yang luar biasa sehingga klem-klem di titik-titik yang lain pun ikut patah,” ujar Probo.
Hipotesa pin yang patah ini didasarkan pada temuan di lapangan jika ditemukan klem yang terlempar hingga 50 meter. Ini membuktikan sempat terjadi daya kejut yang membuat klem terlempar. Selain itu, kabel-kabel juga ditemukan tidak putus. Beberapa saksi juga menyatakan sebelum ambruk sempat terdengar bunyi ledakan di atas jembatan.
"Namun saya belum bisa memastikan jika pin yang patah itu di titik yang mana. Mungkin antara titik 10-14,” ujar Probo.
0 comments:
Post a Comment